Anugerah Kebudayaan PWI Pusat 2023, Dorong Inovasi Kebutuhan Pokok
. Sebagian peserta zoominar sosialisasi AK-PWI,via daring, Jumat 19/8/2022
JAKARTA - Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan beberapa dinas kabupaten/kota, yang hadir saat sosialisasi Anugerah Kebudayaan (AK) PWI Pusat 2023, mempertanyakan kebaruan apa yang ada pada AK-PWI Pusat pada perayaan Hari Pers Nasional (HPN) di Medan, Februari 2023 nanti.
Dengan tegas Ketua Pelaksana AK-PWI Yusuf Susilo Hartono menjawab, kebaruan itu ada pada tema yang diajukan kepada para bupati/ walikota yang ikut acara ini, yaitu inovasi. Lengkapnya adalah “Inovasi pangan, sandang dan papan berbasis informasi dan kebudayaan (kearifan lokal)".
Tema inovasi tersebut diurai dalam sub tema inovasi. “Inovasi Pangan Berbasis Kearifan Lokal dan
Informasi Global Menuju Swasembada”, kedua, “Inovasi Sandang yang
Berkepribadian Berbasis Kearifan Lokal dan Informasi Global”, dan ketiga “Inovasi Papan Berbasis Kearifan Lokal,
Keselarasan dengan Alam dan Informasi Global”.
“Bupati/ walikota cukup memilih salahsatu saja yang menonjol
di daerahnya,"papar Yusuf yang membidani dan melaksanakan acara ini sejak pertam aera Ketua Umum PWI H.Margiono
(alm) pada HPN 2016 di Lombok, berlanjut era Ketua Umum Atal
S.Depari, pada HPN 2020 di Banjarmasin, HPN 2021 di Ancol, Jakarta, HPN 2022 di
Kendari, dan HPN 2023 mendatang di Medan, Sumatera Utara.
Reka baru
Dalam sosialisi via
daring, Jumat, 19/8/2024,Yusuf menekankan makna “inovasi”. Bahwa, yang dimaksud dengan inovasi adalah reka baru,yang dapat diartikan sebagai proses
dan/atau hasil pengembangan, pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki produk, proses,
dan/atau sistem yang baru, yang memberikan nilai yang berarti atau secara
signifikan,” ujarnya.
Ia mengingatkan,
bahwa produk pangan lokal Indonesia sangat melimpah. Sayangnya kita terfokus
pada beras, sehingga bergantung pada impor. Pada hal kalau kita mau
menyadari bahwa setiap daerah memiliki kearifan lokal dalam keragaman pangan,
dan mau melakukan inovasi dengan teknologi dan informasi, maka beragam produk
pangan lokal tersebut, sangat potensial mewujudkan kemandirian pangan suatu daerah,yang
pada gilirannya kemandirian negara. "Dengan
sendirinya akan mempercepat tercapainya ketahanan dan swasembada pangan nasional,"
tandasnya.
Berkaitan
dengan sub tema sandang, ia menjelaskan, bukan sekadar pakaian sebagai penutup tubuh, akan tetapi lebih jauh dari pada pakaian sebagai identitas diri, kedaerahan
dan kebangsaan. Kita tahu, pemerintah terus berkomitmen mewujudkan
kedaulatan sandang melalui Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (GBBI).
Dalam mewujudkan sandang sebagai ekspresi nilai, identitas, dan gaya hidup, banyak daerah
mengembangkan desain motif. Juga menanam (kembali) berbagai pohon untuk pewarnaan alami. Sekaligus menghijaukan lingkungan.
Juga melakukan berbagai inovasi terkait industri sandang: mulai dari produksi,
marketing, pemasaran, hingga penjualan, secara luring maupun daring.
Sedangkan sub tema papan,
menekankan pada basis kearifan lokal, keselarasan dengan alam
dan informasi global. Hal ini agar, pada zaman yang terus berubah,
per(rumah)an, per(kantor)an, per(hotel)an, per(sekolah)an, tempat ibadah, pasar
dan lain-lain, tidak semata fungsional dan ‘ngetren’, melainkan tetap menjadi jiwa (ruh) bagi penghuni,
daerah, hingga bangsa. Inovasi arsitektur modern yang ‘menusantara’ dan
kebijakan yang mengutamakan identitas dan keselarasan dengan lingkungan alam,
merupakan sebuah jalan keluarnya,” tandas Yusuf.
Pendaftaran hingga
November
Menjawab pertanyaan peserta sosialisasi, Yusuf menjelaskan syarat pendaftaran. Pertama,
bupati dan/atau walikota yang masih aktif, tidak sedang berurusan dengan
KPK, dan masa kerjanya belum habis pada saat AKP-PWI 2023 berlangsung hingga 9 Februari
2023. Kedua, mendaftarkan diri dengan terlebih dahulu mengisi formulir pendaftaran yang ada pada scan
barcode atau https://s.id/Anugerah Kebudayaan PWI 2023. Ketiga, mengirim proposal sesuai sub tema pilihan, sepanjang 25
halaman, diperkuat secara visual dengan video berdurasi 7-10 menit. Via email: akpwipusat2023@gmail.com. Keempat,
proposal dan video, dibuat atas nama bupati/walikota yang diperkuat dengan pernyataan tertulis,
bertanda tangan, dan cap basah. Kelima, pendaftaran dibuka tanggal
1 Agustus hingga 1 November 2022.
Tim Juri yang terdiri dari akademisi,
wartawan senior, budayawan, hingga praktisi seni budaya akan memilih 10
terbaik proposal dan video. Lalu ke-10 bupati/walikota terkait akan diundang ke Jakarta
(PWI Pusat) untuk presentasi dan tanya jawab dengan
Tim Juri , pada 7-8 Desember 2022. Para
bupati/walikota itu wajib berpakaian adat, dan diiringi pengurus PWI setempat. (asm/rls pwi pusat)
Posting Komentar